Sejarah Raden Patah (Raja Demak Pertama)


     Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1475. Raden Patah merupakan raja pertama Kerajaan Demak yang memerintah pada tahun 1475 – 1518 M.  Bergelar Senapati Jimbun Ningrat Ngabdurahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Namun menurut serat  Pranitiradya, Raden Patah bergelar Sultan Syah Alam Akbar. Sementara dalam hikayat Banjar, gelar Raden Patah adalah Sultan Surya Alam. Menurut Babat Tanah Jawa, Raden Patah merupakan keturunan Kerajaan Majapahit, memiliki darah campuran Tionghoa. Ayahnya bernama Brawijaya dan ibunya bernama Siu Ban Ci, seorang wanita berdarah Tionghoa. Tetapi, disebtukan bahwa Siu Ban Ci pada saat itu telah memeluk agama Islam. Melalui didikan ibunya, Raden Patah pertama kali mengenal kaidah-kaidah Islam, dan belajar mengenai ilmu pemerintahan kepada Arya Damar.
Saat menginjak usia dewasa, Raden Patah semakin tertarik dan ingin mengenal Islam lebih dalam. Ia merasa tidak puas dengan apa yang diajarkan oleh ibunya dan Arya Damar kepadanya. Timbullah perbedaan pendapat antara Raden Patah dengan Arya Damar. Kejadian itu membuat Raden Patah memmutuskan untuk mengembara mencari ilmu. Ia pergi mengembara bersama putra Arya Damar, yaitu Raden Kusen. Pengembaraan itu mengantarkan mereka bertemu dengan Sunan Ampel di tanah Jawa, kepada Sunan Ampel lah akhirnya Raden Patah dan Raden Kusen berguru. Dalam lingkungan pesantren Sunan Ampel, mereka mempelajari Islam yang rahmatan lil-alamin. 
Setelah mereka berguru di pesantren Sunan Ampel, Raden Patah dan Raden Kusen mulai menentukan jalan hidupnya masing-masing. Raden Kusen memilih menetap di Majapahit, sedangkan Raden Patah membangun sebuah pesantren di lahan hutan Glagah Wangi sebagai pusat penyebaran agama Islam. Pesantren yang didirikan oleh Raden Patah kemudian berkembang sangat pesat, dan mendapatkan respon baik dari masyarakat. Hal ini menjadi kehawatiran Raja Berawijaya jikalau Raden Patah berniat memberontak terhadap Kerajaan Majapahit. Akhirnya, suatu saat Raden Kusen menghadapkan Raden Patah kepada Raja Brawijaya. Melihat sikap baik yang ditunjukkan oleh Raden Patah pada saat itu membuat Raja Brawijaya terkesan, ia kemudian mengangkat Raden Patah menjadi adipati di Glagah Wangi. Raden Patah sendirilah yang merubah nama Glagah Wangi menjadi Demak dengan Bintoro menjadi ibukotanya.
Memimpin Kerajaan Demak pada tahun 1475 – 1518 M, Raden Patah menyumbangkan keberhasilan dalam berbagai bidang, diantaranya adalah perluasan dan pertahanan kerajaan, pengembangan Islam dan pengamalannya, serta penerapan musyawarah dan kerjasama antara ulama dan penguasa. Keberhasilan Raden Patah dalam perluasan dan pertahanan kerajaan dapat dilihat dari penaklukkan Kerajaan Demak terhadap kekuasaan Majapahit. Dalam bidang pengembangan Islam dan pengamalannya, Raden Patah mencoba menerapkan hukum Islam dalam berbagai aspek kehidupan. Selain itu, sebagai bentuk perjuangan dakwaknya. Ia juga mendirikan sebuah masjid yang sampai sekarang masih berdiri kokoh, yaitu Masjid Agung Demak. Sedangkan dalam hal penerapan musyawarah dan kejasama antara ulama dan penguasa tergambarkan pada kehadian walisongo sebagai penasehat Raden Patah dan sebagai pihak yang diberikan kepercayaan oleh Raden Patah untuk mengatur kebudayaan di Kerajaan Demak dengan corak Islam dan menyebarkan agama Islam di Demak.
Menutur Rachmad dalam (Farida, 2015: 305), pada kurun waktu 1476 – 1478, Demak menjadi wilayah yang ramai dan pusat ilmu pengetahuan dan penyebaran agama Islam. Sejak dipegang Raden Patah sebagai penguasanya, Demak juga memiliki pelabuhan besar yang menjadi lalu lintas bagi pada nelayan dan perdagangan. Jepara, Tuban, Sedayu, Jaratan, dan Gresik menjadi pelabuhan transito (penghubung) pada masa tersebut.
Sebagai kerajaan Islam pertama di tanah Jawa, Kerajaan Demak juga sangat berperan besar dalam proses Islamisasi. Pada awal masa pemerintahan Raden Patah, masyarakat Kerajaan Demak mayoritas masih beragama Hindhu dan Budha. Usaha demi usaha dilakukan oleh Raden Patah untuk mengislamkan masyarakat Demak dan Jawa secara keseluruhan. Meskipun usahanya mendapati hambatan dari berbagai unsur agama lain, dengan bantuan walisongo hambatan-hambatan tersebut menjadi lebih ringan. Berdirilah Masjid Agung Demak yang diresmikan oleh Raden Patah pada tahun 1479 menjadi bukti bahwa pada masa tersebut penyebaran agama Islam menjadi fokus utama dalam pemerintahan Raden Patah. Meskipun demikian, Raden Patah masih menjunjung tinggi toleransi antar agama, terbukti dengan berdirinya Kuil Sam Po Kong (Semarang) tidak dipaksa kembali menjadi masjid, sebagaimana saat didirikan oleh Laksamana Cheng Ho (Krisna, 2011: 88).
Berdirinya Masid Agung Demak difungsikan sebagai pusat pemerintahan dan pusat penyebaran agama Islam. Masjid ini juga dijadikan tempat pertemuan untuk belajar agama, sebagaimana yang dilakukan oleh walisongo. Hingga saat ini Masjid Agung Demak masih dilestarikan dengan baik dan mengalami perkembangan dari waktu-kewaktu.

Referensi:
Ngationo, Ana. 2018. Peranan Raden Patah dalam Mengembangkan Kerajaan Demak pada Tahun 1478 – 1518. Kalpataru. Vol 4 (1): 17 – 28
Susilo, A., Ratna Wulandari. 2019. Peran Raden Patah dalam Islamisasi di Kesultanan Demak Tahun 1478 – 1518. Jurnal Kebudayaan dan Sastra Islam. Vol 19 (1): 70 – 83 

Comments

Popular posts from this blog

Mengubah Hikayat Menjadi Cerpen_Hang Tuah

Analisis Cerpen (Makalah)

Teks Drama PMR(Tsunami)