Al-Zahrawi (936 M – 1013 M)


      Abdul Qasim Khalaf ibnu al-Abbas al-Zahrawi dilahirkan di Zahra, yang terletak disekitar Cordoba, Spanyol pada tahun 926 M. Beliau adalah salah satu pakar di bidang kedokteran pada masa Islam abat pertengahan. Al-Qasim adalah dokter kerajaan pada masa khalifah Al-hakim II dari kekhalifahan Umayyah. Karya terkenalnya adalah Al-Tasrif, yaitu kumpulan praktik kedokteran yang terdiri atas 30 jilid.
      Al-Tasrif berisi berbagai topik mengenai kedokteran, termasuk diantaranya tentang gigi dan kelahiran anak. Buku ini diterjemahkan kebahasa latin oleh Gerardo dari Cremon pada abat ke-12. Selama lima abad Eropa pertengahan, buku ini menjadi sumber utama dari pengetahuan kedokteran di Eropa.
      Dalam kitab yang diwariskannya bagi peradaban dunia itu, Al-Zahrawi secara rincih dan lugas mengupas tentang ilmu bedah, orthopedi, opththalmologi, farmakologi, serta ilmu kedokteran secara umum. Ia juga mengupas tentang kosmetik, seperti deodoran, hand lotion, pewarna rambut yang berkembang hingga kini merupakan hasil karya Al-Zahrawi.
      Popularitas Al-zahrawi sebagai dokter bedah yang andal menyebar hingga ke seluruh Eropa. Tak heran, bila kemudian pasien dan anak muda yang ingin belajar ilmu kedokteran dari berbagai penjuru Eropa. Menurut Will Durant, pada masa itu Cordoba menjadi tempat favorit bagi orang-orang Eropa yang ingin menjalani operasi bedah. Dipuncak kejayaannya, Cordoba meiliki tak kurang 50 rumah sakit yang menawarkan pelayanan yang prima.
 Dalam menjalankan praktik kedokterannya, Al-Zahrawi menekankan pentingnya observasi tertutup dalam kasus-kasus individual. Hal ini dilakukan untuk tercapainya diagnosa yang akurat serta kemungkinan pelayanan yang terbaik. Al-Zahrawi pun selalu mengingatkan agar para dokter untuk berpegang pada norma dan kode etik kedokteran, yakni tidak menggunakan profesi dokter hanya untuk meraup keuntungan materi.
      Menurut Al-Zahrawi profesi dokter bedah tak bisa dilakukan sembarang orang. Pada masa itu,dia kerap mengingatkan agar masyarakat tak melakukan operasi bedah kepada dokter atau dukun yang mengaku-ngaku memiliki keahlian operasi bedah. Hanya dokter yang memiliki keahlian dan bersertifikat saja yang boleh melakukan operasi bedah. Mungkin karena itulah di era moderen ini muncul istilah dokter spesialis bedah (Surgeon).
      Kehebatan dan profesionalitas Al-Zahrawi sebagai seorang ahli bedah diakui para dokter di Eropa. “Tak diragukan lagi, Al-Zahrawi adalah kepala dari seluruh ahli bedah”, ucap Pierto Argallata.
Sosok dan pemikiran Al-Zahrawi begitu dikagumi para dokter serta mahasiswa di Eropa. Pada abad ke-14 M, seorang ahli bedah prancis bernama Guy de Chauliac mengutip Al-Tasrif hampir lebih dari 200 kali. Kitab Al-Tasrif terus menjadi pegangan para dokter di Eropa hingga terciptanya era Renaissance. Hingga abad ke-16 M, ahli bedah berkebangsaan pranciss, Jaques Delechamps (1513 M – 1588 M) masih menjadikan Al-Tasrif sebagai rujukan.
      Al-Zahrawi tutup usia di kota Cordoba pada tahun 1013 M, dua tahun setelah tanah kelahirannya dijajah dan dihancurkan. Meski Cordoba kini bukan lagi menjadi kota bagi umat Islam,namun namanya masih diabadikan menjadi nama jalan kehormatan yakni “Calle Albucasis”. Di jalan itu terdapat rumah nomor 6 yakni rumah tempat Al-Zahrawi tinggal. Kini tumah itu menjadi cagar budaya yang dilindungi Badan Kepariwisataan Spanyol.

Comments

Popular posts from this blog

Mengubah Hikayat Menjadi Cerpen_Hang Tuah

Analisis Cerpen (Makalah)

Teks Drama PMR(Tsunami)